– Medan –
Bermain di salah satu film pendek yang dibuat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), aktor peraih Piala Citra Lukman Sardi, mengaku telah lama mempraktikan prinsip akuntabilitas dan anti korupsi.
“Korupsi bukan cuma uang, tapi juga waktu. Kami, para pemain, berusaha tidak mengkorupsi waktu. Sama anak, saya juga terus mengingatkan tentang aturan yang nggak bisa seenaknya dilanggar,” katanya usai pemutaran tiga film pendek BPK di Hermes XII, Hermes Place Polonia, Senin (27/1/2014).
Pada pemutaran film yang dihadiri oleh pejabat Pemprov Sumut dan Pemko Medan ini, Lukman hadir bersama lawan mainnya, Asrul Dahlan. Mereka bermain di salah satu film yang berjudul Cerita Kami.
Di film ini, Lukman berperan sebagai seorang kepala sekolah yang tidak menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara efektif sehingga merugikan siswa dan orang tua murid yang dimainkan dengan apik oleh Asrul.
Putra pemusik legendaris, Idris Sadri, ini mengaku tidak mengikuti seluruh kasus korupsi yang mengemuka saat ini. Namun, ia merasa prihatin karena korupsi sering kali terjadi di tempat-tempat yang tidak terduga olehnya.
“Saya memang nggak terlalu aware. Tapi, kami tahu begitu banyak hal yang dikorupsi seperti pengadaan Alquran, dan lain-lain,” ujarnya.
Bagi Lukman, film yang diproduksi BPK RI dan turut ia perankan memberikan pengalaman tersendiri. Ia mengaku akhirnya memahami bahwa masih ada saja anggaran-anggaran yang diperuntukkan untuk mempersiapkan generasi penerus, ternyata diselewengkan.
“Buat saya ini sesuatu yang menarik, karena saya juga ingin tahu apa sih yang dibikin BPK. Misalnya tentang BOS, ternyata banyak yang diselewengkan. Saya sempat diskusi dengan Asrul, dan sempat terpikir kalau korupsi seperti korupsi BOS ini bisa menghilangkan satu generasi,” katanya.
Sumber : medan.tribunnews.com, 27 Januari 2014