-Medan-
Penjabat (Pj) Walikota Medan Afifuddin Lubis mengakui keterlambatan penyerahan laporan keuangan Pemko Medan 2008 disebabkan ketidakmampuannya. Pengakuan itu disampaikannya kepada sejumlah wartawan kemarin.
“Saya akui penyampaian laporan ini kepada BPK terlambat setiap tahun. Keterlambatan ini karena ketidakmampuan saya dan ini kesalahan saya” tuturnya seusai Sidang Paripurna Reses DPRD Medan di Gedung Dewan.
Namun Afif-sapaan Afifuddin Lubis-enggan menyebutkan penyebab ketidakmampuan dan persoalan terlambatnya penyusunan laporan keuangan Pemko Medan ini. Dia juga tidak mau menyalahkan kepala SKPD maupun jajaran bawahannya yang lain. “Ini bukan kesalahan SKPD atau tidak ada koordinasi, ketakutan, dan terlalu hati-hati dalam menyusun laporan keuangan. Ini kesalahan saya sebagai atasan dan saya tidak mampu. Apa penyebabnya, silakan kalian menilai sendiri. Ini persoalan intern,” paparnya.
Dia menambahkan, keterlambatan penyampaian laporan keuangan ini memang benar terjadi dan dia tidak mau membela diri. “Ini faktanya memang terlambat karena kesalahan saya yang tidak mampu menyelesaikan tepat waktu. Laporan keuangan ini sendiri sedang disusun dan akan disampaikan secepatnya. Ini bukan pertama kali dan bukan Pemko Medan saja terlambat, daerah lain juga terlambat. Tanyakan juga sama daerah lain apa sebabnya dan bukan Pemko Medan saja yang salah,” tandasnya.
Dia juga membantah penyataan tersebut dikeluarkannya hanya karena menjelang akhir kepemimpinannya. “Kenapa saya tidak mengundurkan diri, segera nilai saja sendiri. Begitu juga yang lain. Tidak mungkin saya menilai diri saya sendiri,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Fraksi PKS DPRD Medan Ikrimah Hamidy menyatakan, pernyataan ini sebenarnya tidak perlu diucapkan karena bisa multitafsir. “Kalau memang dia (Afif) mengakui ini kesalahannya sebagai atasan tanpa menyalahkan bawahan, akibatnya banyak program yang tidak berjalan, itu perlu mendapat pujian.” tuturnya.
Ikrimah menambahkan, penafsiran lainnya adalah ketidakmampuan Afif menjalankan wewenangnya sebagai Wali Kota Medan akibat adanya pengaruh kekuatan besar yang mencampuri urusannya. “Dia tidak bisa berbuat sesuai kewenangannya karena pengaruh kekuatan besar. Dalam istilah ekonomi invisble hand. Tangan yang tidak terlihat, tapi mampu menggerakkan. Ungkapan ini merupakan bagian puncak emosi yang tidak lagi mampu menahan gejolak dalam hati,” paparnya.
Dia menyarankan agar Afif lebih baik memberikan komentar dengan nada optimisme. “Misalnya, ke depan akan dibenahi, kami tanggung jawab persoalan ini. Daripada komentar penuh multitafsir. Seharusnya, komentar optimisme atau membangkitkan semangat. Komentar seperti yang diucapkannya itu bisa ditangkap lain sama masyarakat, ini nada perlawanan,” tuturnya.
Dia meminta ke depan Afifuddin Lubis tetap bertindak tegas menjalankan wewenangnya, tidak perlu menanggapi intervensi yang salah.
Sumber : Seputar Indonesia, Kamis – 11 Juni 2009